Daily Archives: Juli 15th, 2013

Orientasi Siswa Baru Untuk Gembleng Mental, Bukan Ajang Balas Dendam


MOPD tingat SMP, foto: sukasains.com

MOPD tingat SMP, foto: sukasains.com

Senang rasanya jika telah dinyatakan diterima sebagai siswa baru pada sekolah yang diinginkan. Namun, rasa senang ternyata hanya terpaksa atau bahkan tidak bisa menikmatinya jika sekolah yang diinginkan tidak bisa menerimanya dan terpaksa harus masuk ke sekolah lain yang bukan pilihan. Sekolah apapun yang menerimanya hendaknya disyukuri. Sekolah yang diinginkan belum tentu membawa kesuksesan, namun sekolah yang semula ‘terpaksa’ justru bisa membawa ke masa depan yang baik jika benar-benar siswa yang bersangkutan tekun.

Setelah diterima di sekolah baru, tentu harus tunduk pada peraturan pada sekolah baru. Tidak bisa menyamakan antara sekolah asal dengan sekolah baru. Tidak bisa menyamakan antara sekolah satu dengan sekolah yang lainnya. Setiap sekolah memiliki peraturan masing-masing. Peraturan pada setiap sekolah didasarkan pada visi dan misi masing-masing sekolah.

Peraturan besarnya biaya daftar ulang pada masing-masing sekolah memang banyak yang berbeda. Namun, pada sekolah negeri pada satu daerah bisa saja sama karena sudah disepakati atau diatur oleh dinas pendidikan pada daerah tersebut, tidak boleh melebihi batas peraturan yang telah ditentukan. Sementara pada sekolah swasta meskipun ada peraturan, masih bisa bebas memungut biaya daftar ulang.

Daftar ulang siswa baru bisa meliputi seragam, uang pangkal atau uang gedung, biaya praktik, dll. Ini disesuaikan dengan tingkat jenjang sekolah. Meskipun pada tingkat jenjang yang sama bisa saja berbeda. Misal untuk SMA dan SMK bisa berbeda, karena pada SMA tidak banyak praktik, namun pada SMK banyak praktik.

Masuk perdana pada sekolah baru, siswa baru harus mengikuti masa orientasi. Masa Orientasi Siswa (MOS) atau sekarang dengan istilah Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) wajib diikuti oleh siswa yang baru masuk pada tiap sekolah. Teknis pelaksanaannya diserahkan lansung pada masing-masing sekolah. Namun sekolah hendaknya juga harus mengikuti peraturan dari dinas pendidikan supaya MOPD tersebut menjadi bermanfaat dan bermakna bagi siswa baru.

MOPD yang diselenggarakan pada masing-masing sekolah adalah hajatan tiap tahun yang diselenggarakan dengan melibatkan OSIS untuk jenjang sekolah menengah. Pada pelaksanaannya MOPD jangan dijadikan ajang balas dendam bagi kakak tingkat atau kakak senior. Hal ini harus diawasi oleh pihak sekolah yang pelaksanaanya biasanya oleh wakil kepala bidang kesiswaan dan pembina OSIS. Bisa juga oleh guru lain yang ditunjuk sebagai panitia MOPD.

Materi MOPD selain yang telah ada, pihak masing masing sekolah bisa menambahkan sendiri. Hal ini disesuaikan degan kepentingan sekolah. Jadi antara sekolah yang satu dengan sekolah yang lain bisa berbeda meskipun tingkat jenjangnya sama. Misal, sama-sama pada jenjang sekolah menengah pertama, materi MOPD pada SMP dan MTs biasanya berbeda. Sama-sama SMA pada satu daerah, namun karena ada otonomi sekolah, maka materi MOPD bisa berbeda.

Beberapa sekolah yang saya amati sebelum tahun 2013 ini, ada yang melaksanakan MOPD lebih dari tiga hari seperti yang kebanyakan sekolah lakukan. Ada yang empat, lima, atau enam hari. Hal ini dikarenakan pada sekolah tersebut menambah materi yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Sebut saja Madrasah Aliyah Model Pangalpinang yang tiap tahun menambah hari pada MOPD.

Pengamatan saya juga pada pelaksanaan MOPD yang tidak hanya dilakukan pada siswa baru saja, namun pada siswa kelas di atasnya, yaitu kelas VIII dan IX. Sekolah berdalih bahwa pada MOPD biasanya pelajaran tidak efektif, maka siswa yang berada di kelas VIII dan IX juga diikutkan, namun materi tentu berbeda. Untuk siswa pada kelas VIII dan IX materi khusus mengenai materi keagamaan selama tiga hari. Diskusi tentang materi keagamaan sangat dominan pada kedua jenjang kelas ini. Hal ini dilakukan pada MTsN Pedan, Klaten, Jawa Tengah. Sementara untuk kelas VII materi MOPD seperti pada MTs yang lain, namun juga ditambahkan materi khusus yang disesuaikan dengan misi madrasah.

Pelaksanaan MOPD pada tahun pelajaran 2013/1014 bertepatan dengan bulan Ramadan. Beberapa sekolah telah lebih dahulu melaksanakan MOPD sebelum bulan Ramadan. Seperti yang dilakukan di beberapa sekolah di daerah Sukoharjo, Jawa Tengah. Ini dilakukan karena pihak sekolah mempertimbangkan materi pada MOPD yang ada kegiatan fisik atau tujuan yang lain sehingga jika dilakukan pada bulan Ramadan pada saat kondisi siswa puasa maka dikhawatirkan pelaksanaan MOPD berjalan kurang lancar.

Apapun bentuk MOPD yang jelas seharusnya MOPD adalah tindakan awal untuk membentuk mental siswa yang baik. Siswa baru pada jenjang SMP dibekali mental misal mereka nantinya harus terbiasa pada situasi belajar yang berbeda dengan pada saat di SD dulu. Sistem belajar yang tiap guru mengajarkan bidang studi yang berbeda, tidak seperti pada saat di SD guru kelas mendominasi pada hampir semua bidang studi kecuali penjaskes dan pendidikan agama.

Pembentukan mental siswa pada jenjang SMA dan SMK diharapkan mereka harus lebih mandiri pada jenjang sekolah ini. Jangan sampai kebiasaan lama yang tidak baik pada jenjang SMP masih dibawa. Tugas sekolah pada jenjang ini juga tidak lagi ringan seperti pada jenjang SMP.

Pada MOPD biasanya siswa baru disuruh membawa hal-hal yang mungkin lucu dan aneh. Misal disuruh membawa topi dari daun, tas dari kain bekas tempat tepung trigu atau karung goni. Untuk siswi diharuskan memakai tali rambut yang dari bahan tertentu, dll. Ini semua mempunyai tujuan, bukan tanpa tujuan pihak sekolah menyuruh hal-hal yang tidak biasa tersebut.

Siswa yang disuruh untuk membawa tas dari kain bekas tepung trigu atau karung goni mempunyai tujuan supaya siswa baru bisa memanfaatkan barang bekas atau daur ulang. Begitu juga untuk topi dari daun misalnya untuk lebih mendekatkan diri kepada alam.

Ada juga siswa yang disuruh untuk membawa mi instan dengan merk tertentu yang mempunyai rasa yang tidak lazim ada di pasaran. Misal mi instan rasa ayam bakar. Sampai saat ini belum pernah ada perusahaan mi instan yang mengeluarkan produk rasa ayam bakar, yang ada rasa ayam bawang. Bagaimana cara mensiasatinya? Coret saja “wang” dan diganti dengan “kar” pada kata “bawang”. Ini sebenarnya menguji mental siswa bagaimana supaya kreatif dan kritis. Siswa yang kreatif pasti bisa melakukannya, akan tetapi bagi yang tidak akan mengalami kesulitan menghadapi masalah yang seharusnya bisa diatasi sendiri.

Kira-kira seperti itulah gambaran masalah yang nanti akan dihadapi oleh siswa pada saat belajar di sekolah tersebut. Setiap ada masalah, baik masalah yang berkaitan dengan belajar atau masalah yang lain hendaknya siswa tersebut bisa mengatasinya. Jika tidak bisa maka harus dikonsultasikan ke guru Bimbingan Konseling (BK).

Selamat pada siswa baru yang melaksanakan MOPD. Laksanakan kegiatan MOPD dengan sungguh-sungguh supaya bermanfaat bagi kalian. Untuk kakak tingkat harus bisa menjadi teladan bagi adik-adiknya. Jangan MOPD dijadikan ajang balas dendam ngerjain seperti yang telah dilakukan oleh kakan tingkatnya.

—————————————————

Baca juga:
Hati-hati Terima Siswa Pindahan, Jangan “Beli Kucing Dalam Karung”
Mencari Kursi Baru
Lulus Bukanlah Akhir Perjuangan dalam Belajar
Jangan Terlalu Banyak Memberi Uang Saku Kepada Anak, Kenapa?

—————————————————

Jika Anda ingin mendapatkan informasi dari blog ini melalui facebook Anda, silahkan klik tautan halaman (page) facebook berikut ini cauchymurtopo.wordpress.com kemudian klik suka (like) atau ikuti (follow) melalui twitter @CauchyMurtopo