Category Archives: Bahasa Sastra dan Budaya

Pelakor, Pebinor, Mantul


Ilustrasi foto: cantik.tempo.co

Akhir-akhir ini banyak istilah yang berupa singkatan yang menjadi sebuah kosakata sedang trend di masyarakat. Kosakata ini sudah umum digunakan namun bukan dalam bentuk baku. Sebenarnya bukan kosakata juga, namun oleh masyarakat dianggap seperti sebuah kosakata. Dalam pembicaraan ini kita sebut atau anggap sebagai kosakata. Kosakata baru yang menjadi viral karena digunakan di berbagai perbincangan baik di dunia nyata maupun maya.

Kosakata ini merupakan akronim. Bagi yang masih awam tentu bertanya-tanya apa arti dari kosakata tersebut. Kata-kata nyeleneh ini diviralkan oleh orang-orang yang terbiasa menyebutkan beberapa kata dalam kalimat menjadi sebuah singkatan akronim. Jadi biar tidak ribet dan mudah dipahami, sehingga digabung.

Akronim yang merupakan singkatan dari beberapa kata. Cara membuat akronim adalah mengambil satu suku kata pertama pada setiap kata. Cara lain adalah dua huruf pertama diambil dan digabungkan dengan dua huruf depan atau satu suku kata pertama yang lain. Dua atau lebih kata diambil suku kata pertamanya saja kemudian digabung. Jadi jumlah suku katanya pada akronim tersebut berdasarkan berapa banyak suku kata yang digabung.

Akronim ini menjadi trend gaya bahasa tersendiri di kalangan milenia dan mereka yang suka dengan gaya bahasa tidak formal ini. Bisa juga disebut sebagai bahasa gaul. Meskipun kata dalam bahasa tak resmi, namun sering juga digunakan pada forum resmi.

Mereka yang menggunakan akronim ini biasanya masyarakat perkotaan, namun dengan cepat merambah ke seluruh lapisan masyarakat. Hal ini dikarenakan bahasa tak resmi ini sering digunakan dalam media sosial dan aplikasi pesan yang sedang ngetrend. Akronim ini mudah dipahami dan menarik untuk digunakan.

Dalam pembahasan ini ada tiga akronim yang merupakan bahasa gaul tersebut. Akronim tersebut adalah pelakor, pebinor, dan mantul.

Pelakor

Pelakor adalah singkatan dari “perebut laki orang”. Kata “laki” dalam hal ini bukan orang dewasa berjenis kelamin pria (lelaki atau laki-laki). Kata “laki” di sini diartikan sebagai suami. Jadi kalimat “perebut laki orang” memiliki makna perempuan yang merebut suami perempuan lain. Istilah ini identik dengan perempuan yang memicu keributan akibat seorang suami dari istri sahnya.

Namun, belakangan ini tidak hanya suami yang direbut saja. Para remaja dan mereka yang belum punya suami pun juga sering menggunakan akronim pelakor ini. Pelakor bagi yang belum bersuami diartikan sebagai perempuan yang merebut pacar orang lain.

Pelakor memiliki konotasi negatif atau kurang sedap didengar. Orang lebih suka menyebut “pelakor” dari pada “perebut suami orang” atau “perebut laki orang”. Hal ini karena sebih singkat dan mudah untuk mengucapkannya. Jika menggunakan bahasa tertulis, “pelakor” juga lebih singkat ditulis.

Pebinor

Pebinor merupakan lawan dari pelakor. Pebinor singkatan dari “perebut bini orang”. Kata “bini” pada sebagian daerah sudah umum digunakan untuk menyebut kata istri. Namun, kata “bini” kurang sedap didengar. Misalnya di Jakarta, kata ‘bini’ sudah hal biasa untuk menyebut ‘istri’, begitu juga di Bangka kata ‘bini’ lebih familier digunakan dari pada ‘istri’. Kata ‘laki’ di kedua daerah tersebut juga umum digunakan dari pada kata ‘suami’.

Akronim pebinor juga memiliki konotasi negatif seperti halnya pelakor. Namun, kata pebinor tidak digunakan oleh orang yang belum punya istri merebut pacarnya. Hal ini dikarenakan makna kata bini tidak sama dengan kata laki. Jika kata laki bisa diartikan sebagai lelaki atau pria dan suami, maka kata bini hanya diartikan sebagai istri. Jadi dalam hal ini tidak ada arti ‘perempuan’ untuk bini.

Mantul

Mantul adalah akronim dari ‘mantap betul’. Jika dua akronim yang sudah disebutkan sebelumnya memiliki konotasi negatif, maka matul sebaliknya. Mantul digunakan untuk memberikan apresiasi yang positif.

Mantul bisa digunakan untuk mengapresiasi hal seperti rasa, keindahan, suara, dll. Sebagai contoh, makanan yang dihidangkan sangat enak atau lezat, maka orang yang disuruh untuk makan atau mencicipi mengatakan mantul. Begitu juga misalnya sebuah pemandangan sangaat indah bisa katakan mantul. Suara yang merdu seorang penyanyi misalnya juga bisa dinilai dengan kata mantul.

Ketiga akronim pelakor, pebinor, dan mantul saat ini sedang banyak digunakan. Namun, akankah ketiga akronim ini tetap disenangi atau bahkan sebaliknya akan ditinggalkan seiring dengan munculnya istilah-istilah baru yang berkembang di masyarakat? Dan apakah ketiga akronim tersebut bisa menjadi sebuah kata dan masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)? Kita lihat saja nanti.