Makna Lain di Balik Kata Panggilan Mas dan Mbak


Foto: pelajaran.id

Dalam percakapan sehari-hari kita sering dihadapkan pada pada percakapan yang menggunakan kata sapaan atau panggilan Mas dan Mbak. Untuk menyebut orang muda yang tidak kita kenal sering kita gunakan kedua kata ini. Kedua kata ini sebenarnya bukan kata baku dalam Bahasa Indonesia. Kedua kata ini adalah kata sapaan dalam Bahasa Jawa.

Awal mulanya, kata Mas diartikan sebagai lelaki atau pria yang merupakan saudara kandung dari orang yang menyapa. Sementara kata Mbak diartikan sebagai perempuan atau wanita yang merupakan saudara kandung dari orang menyapa. Di Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jogja), kata sapaan Mas dan Mbak juga sering digunakan untuk memanggil anak dari paman (Pakde) atau bibi (Bude). Paman atau bibi tersebut adalah kakak kandung dari orang tua yang menyapa. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, kedua kata sapaan ini berubah maknanya.

Suku Jawa hampir ada di seluruh wilayah tanah air. Penyebaran suku Jawa ini juga membawa dampak pada budaya. Suku Jawa membawa budaya salah satunya dalam bahasa yang digunakan. Meskipun di tempat rantau, namun ada beberapa dialek atau kata yang tak pernah ditinggalkan. Termasuk kata sapaan Mas dan Mbak.

Seiring dengan perkembangan waktu, kata sapaan Mas dan Mbak berubah makna. Di berbagai tempat umum, dalam percakapan lisan maupun tulisan seperti (chating), sering digunakan kedua kata sapaan ini. Kata sapaan Mas dan Mbak tidak lagi sebagai cara untuk memanggil kakak kandung atau anak dari Pakde atau Bude. Orang yang dianggap masih muda lawan bicara oleh penyapa, maka akan dipanggil dengan sapaan Mas dan Mbak. Tidak peduli orang tersebut sudah menikah atau belum.

Ternyata kata sapaan Mas dan Mbak juga mengalami perubahan makna. Perubahan makna ini bukan dalam konteks bahasa, namun dalam hubungan sosial. Kata Mas dan Mbak akhir-akhir ini yang saya amati berubah makna yang bersifat dampak psikologis.

Berikut ini contoh percakapan dengan menggunakan kata Mbak dan Mas yang mengalami perubahan makna secara sosial (psikologis). Seorang ibu memerintahkan untuk memanggil anaknya dengan kata Mbak atau Mas bukan karena hubungan kekerabatan seperti anak kandung atau anak dari Pakde atau Bude. “Tolong nanti ajari Mbak Dewi ya, dibimbing pelan-pelan”. Atau dalam kalimat ini. “Tolong nanti ajari Mas Budi ya sampai bisa!”. Anak dari ibu tersebut usianya lebih muda dari pada orang yang diajak bicara oleh si ibu. Namun, kenapa menyebut anaknya menggunakan kata Mas atau Mbak? Percakan seperti sering sekali terjadi.

Jelas sekali kata Mas dan Mbak pada kalimat di atas memiliki makna lain. Makna yang tersembunyi di sini adalah makna bermuatan sosial. Ibu tersebut menyuruh anaknya dipanggil dengan kata Mbak atau Mas karena supaya anaknya dihormati, dihargai, atau karena status sosial keluarga ibu tersebut lebih di atas dari yang diajak bicara.

Untuk hal yang seperti ini saya rasa tidak bagus untuk dipraktikkan. Untuk menyebut seorang anak sebaiknya memanggilnya dengan kata panggilan seperti kebanyakan. Misal dalam contoh kalimat di atas sebaiknya bukan “Mbak Dewi” namun “Dewi” dan bukan “Mas Budi” namun “Budi”. Kecuali jika ada hubungan kekerabatan seperti di Jawa anak dari Pakde atau Bude. Jika tidak ada hubungan kekerabatan, sebaiknya dihindari.

Dengan mengajak orang untuk memanggil dengan kata sapaan Mbak atau Mas kepada anak kita, meskipun anak kita lebih muda usianya dari yang diajak berbicara, maka ini akan berdampak tidak baik bagi anak itu sendiri. Jangan sampai anak menjadi sombong dan merasa dari status keluarga yang terhormat atau berada, sehingga menjaga jarak.

Dampak yang lain juga dari orang yang mengajak memanggil anaknya disapa atau dipanggil dengan Mbak atau Mas. Orang tersebut juga terlihat sok dalam artian sok pintar, sok kaya, atau memiliki status sosial yang lebih tinggi. Ini sering saya lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sementara ini saya lihat di daerah pedesaan di Jawa tempat tinggal saya. Percakapan seperti pada contoh di atas sering terjadi di berbagai tempat seperti di sekolah, di lingkungan rumah, atau di kantor dari seorang ibu atau ayah kepada anaknya yang kebetulan juga berada di sekolah atau bekerja di kantor tersebut.

Tinggalkan komentar