Hunting Tourist to Jogja


DSCN0596Belajar bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja. Dalam belajar, siapapun bisa menjadi guru atau narasumber. Tak harus guru di sekolah atau buku yang dijadikan sebagai narasumber. Bahkan bila dimungkinkan seorang anak kecilpun bisa dijadikan sebagai guru.

Pada kurikulum 2013 diterapkan belajar berbasis saintifik. Pembelajaran bukan difokuskan pada guru, namun siswa adalah yang aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar (PBM). Jadi peran siswa yang paling dominan. PBM lebih cenderung aplikatif dan bukan hanya teori saja.

Dengan demikian, pada kurikulum 2013 anak bisa belajar dengan siapa saja dan di mana saja, termasuk pada pelajaran Bahasa Inggris. Pada pelajaran ini siswa harus banyak berlatih di luar dan bukan hanya di kelas saja. Sebagai contoh pada speaking, siswa harus benar-benar bisa mempraktikkan bagaimana cara berbicara yang benar. Pronounciation (ucapan) merupakan hal yang menjadi kunci selain vocabulary (kosa kata).

Untuk itu siswa harus berlatih secara mandiri supaya kemampuan dalam Bahasa Inggris menjadi lancar. Salah satu caranya adalah dengan terjun lansung berbicara dengan native speaker. Untuk dapat mewujudkan itu siswa melakukannya antara lain dengan mengunjungi objek wisata yang banyak terdapat wisatawan asing.

Dengan siswa langsung berbicara dengan native speaker, maka kemampuan mereka diuji. Bagaimana mereka harus berbicara, bagaimana cara memulai pembicaraan, dan topik apa yang harus mereka bicarakan. Intinya supaya lancar dalam berbahasa Inggris.

Seperti yang dilakukan oleh siswa-siswi MTs Negeri Pedan, Klaten, Jawa Tengah pada Sabtu (22/11/2014) yang mengadakan kegiatan Hunting Tourist to Jogja (Berburu Turis ke Jogja). Kegiatan yang dipandu oleh 6 guru ini diikuti oleh 54 siswa-siswi kelas 7 dan 8. Kegiatan ini merupakan pembelajaran di luar kelas (outing class) sebagai implementasi dari kurikulum 2013.

Apa yang harus dilakukan oleh siswa selama di Jogja? Mudah saja, mereka hanya mengajak berbicara kepada para turis asing. Mereka harus membuat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para turis. Tema pembicaraan tidak harus yang berat, karena mereka masih pada tingkat SMP. Yang harus mereka tanyakan kepada para turis adalah nama, asal negara, berapa lama tinggal di Indonesia, makanan favorit apa yang disukai oleh turis, serta pendapat turis tentang Indonesia.

Kunjungan pertama adalah ke Pantai Parangtritis, tiba pada pukul 09.30. Pantai ini adalah pantai yang sangat terkenal di Jogja. Selain wisatawan domestik, wisatawan asing juga tidak sedikit. Di Pantai ini para siswa bertemu dengan turis asal Yordania, sebut saja Alim. Para siswa dengan semangat dan percaya diri bertanya, dan Alim pun dengan senang hati menjawab pertanyaan mereka. Pukul 12.30 mereka harus meninggalkan Parangtritis setelah sholat dhuhur dan ashar dijamak menuju ke lokasi berikutnya.

Di Benteng Vredeburg

Di Benteng Vredeburg

Lokasi kedua dalam kegiatan hunting tourist adalah di Benteng Vredeburg dan Malioboro yang masih satu lokasi. Di Benteng Vredeburg ini para siswa banyak bertemu dengan rombongan turis dari Kanada. Salah satu turis yang diajak bicara adalah Harley. Harley sangat senang ditanya oleh siswa. “Your students are so sweet” kata Harley kepada salah satu guru pembimbing dengan tersenyum. Sementara seorang turis wanita (pada foto di atas) yang tidak mau disebut namanya mengatakan kepada guru yang lain “Your students are very clever“. Rombongan turis dari Kanada tadi memberi souvenir berupa pin bendera Kanada kepada siswa.
Di dalam museum Benteng Vredeburg

Di dalam museum Benteng Vredeburg

Setelah dari Benteng Vredeburg, langsung berbelanja di Malioboro. Di sini banyak turis asing, namun mereka sibuk berbelanja, jadi tidak mau diganggu. Para siswa dan guru pembimbing juga pada sibuk berbelanja. Mereka pada menawar barang yang berupa souvenir dan pakaian batik. Kunjungan di Malioboro sampai pukul 16.00 dan dilanjutkan terakhir ke Candi Prambanan.
Di Candi Prambanan

Di Candi Prambanan

Perjalanan dari Malioboro ke Candi Prambanan sekitar 30 menit. Turis asing yang paling banyak terdapat di Candi Prambanan ini. Di sini berbagai turis asing seperti dari Tiongkok, Rusia, Jerman, dan Belanda bisa dijumpai. Namun, tak semua turis bisa diajak berbicara, karena mereka tidak ingin diganggu dalam menikmati pemandangan di Candi Hindu tersebut.

Tak semua turis asing bisa berbicara Bahasa Inggris. Turis asal negeri matahari terbit ini misalnya, hanya bisa berbahasa Jepang saja. Begitu juga turis asal negeri tirai bambu yang hanya bisa berbicara dengan bahasa Mandarin saja. Turis yang bisa berbicara dalam Bahasa Inggris di Candi Prambanan yang berhasil diajak bicara adalah turis asal Belanda. Mereka adalah David, Roy, dan William. Sementara turis dari Jerman yang mau diajak berbicara adalah Simon.

Di Candi Prambanan sampai pukul 18.30, perjalanan pulang sekitar satu jam dan sampai di madrasah sekitar pukul 19.30. Kegiatan hunting tourist kali ini sukses banget. Diharapkan kegiatan seperti ini bisa dilakukan pada tahun-tahun berikutnya, karena kegiatan seperti ini adalah yang pertama kalinya.

Para siswa diwajibkan membuat laporan dalam bahasa Inggris. Tugas ini kelompok dengan anggota 4 siswa yang sudah ditentukan oleh guru pembimbing.

9 responses

  1. Endang Sulandari | Balas

    ini merupakan kegiatan yang bagus, bisa dijadikan agenda tahunan

    1. Iya Ibu Endang, semoga sekolah yang lain bisa menerapkan praktik seperti ini, tidak hanya pelajaran Bahasa Inggris saja, namun juga yang lain.

  2. gambarnya kurang banyak mas..

    1. Terima kasi atas usulannya, nanti ditambahkan lagi Ibu Ismiyati, itu foto yang saat ini paling pas, yang lain masih di anak-anak.

  3. Perjalanan wisata yang berkonsep edukatif seperti hunting di Jogya ini sepertinya sudah harus diterapkan bagi para pesert didik dilapangan ya Mas, agar mereka terbiasa dan memiliki keberanian dalam hal bersosialisasi dengan para wisatawan asing dengan memperlancar penggunaan bahasa Inggris. Semoga menjadi contoh untuk dunia pendidikan agar anak-anak didik dalam berwisata diperkenalkan dengan metode edukatif yang bisa dikembangkan di setiap mata pelajaran yang didapat disekolahnya.

    Salam

    1. Iya Pak Indra, pada kurikulum 2013 tidak hanya sekedar teori saja. Tempat belajar tidak hanya di sekolah saja, dan guru atau sumber belajar juga tidak hanya guru di sekolah saja. Sebelumnya di MTs Negeri Pedan juga pernah melakukan hal yang sama namun untuk mata pelajaran IPS, anak-anak diajak ke situs purbakala di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah.

  4. keren bgt ya jd pengen kesana xixiix

  5. Saya kira haunting di dunia lain, eh ternyata haunting mener sama nonik. Nilai edukatifnya sgt bagus ini, jd para siswa bs sekalian belajar berkomunikasi lgsg dgn wisatawan asing. Pendayagunaan otak kanan dan kiri bs optimal bagi siswa, terima kasih mas sangat informatif.

  6. Cara belajar bahasa yang benar, tidak hanya teori tetapi perlu latihan dan keberanian untuk mencoba. Kunjungan balik dari http://grahabelajar.com

Tinggalkan komentar