Tag Archives: Timur

‘Brexit’ Istilah Baru yang Menghebohkan


BrexitTak sedikit bahasa-bahasa di dunia ini mengalami perkembanagan. Penambahan kosa kata baru sudah menjadi hal yang biasa dalam suatu bahasa. Penambahan kosa kata ini terjadi seiring dengan perkembangan budaya, pola pikir, atau berdasarkan suatu peristiwa. Penambahan kosa kata baru juga bisa terjadi karena penambahan istilah nama suatu tempat atau singkatan dua kata atau lebih menjadi satu akronim.

Tak hanya Bahasa Inggis saja yang mengalami peambahan kosa kata baru. Di dalam Bahasa Indonesia pun sering mengalami hal tersebut. Namun, saat ini penambahan kosa kata yang unik antara di Indonesia dan di luar negeri katanya sama persis, namun mempunyai arti yang berbeda.

Kata yang dimaksud adalah “Brexit”. Ini adalah istilah baru di dalam Bahasa Inggris. Brexit singkatan dari British Exit, yang artinya Inggris keluar. Yang dimaksud dengan Brexit adalah Inggris keluar dari European Union atau Uni Eropa (UE). Rakyat Inggris memang menginginkan keluar dari UE, oleh karena itu pemerintah Inggis membuat referendum atau jajak pendapat untuk menentukan apakah rakyatnya benar-benar ingin keluar dari UE atau tidak.

Terdapat 50 negara di Benua Eropa, namun hanya 28 negara saja yang menjadi anggota UE. Adapun anggota dari UE adalah Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Perancis, Luksemburg, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Lativa, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Romania, dan Krowasia.

Rakyat Inggirs berpikir, semakin banyaknya negara yang menjadi anggota, UE cenderung mengontrol semua aspek dari negara-negara tersebut. UE membuat peraturan yang dinilai banyak membatasi bisnis di Inggris. UE juga menarik uang untuk biaya keanggotaan sejumlah miliaran dolar dan Inggris dan dianggap hanya sedikit keuntungan yang diperoleh. Menjdi anggota UE juga dianggap membawa banyak imigran datang dan menetap di Inggris.

Dari sinilah muncul wacana Inggris akan menjadi negara yang lebih baik tanpa terikat aturan UE. Merespon situasi tersebut saat pemilu tahun lalu, PM David Cameron menjanjikan bahwa pihaknya akan mengadakan referendum untuk memutuskan apakah Inggris akan tetap menjadi anggota UE atau keluar.

Referendum diadakan pada 23 Juni 2016. Hasilnya, 52 persen pemilih menginginkan Inggris keluar dari UE dan 48 persen yang memilih agar nrgara itu tetap menjadi anggota UE. Ini artinya 16,8 juta rakyat Inggris ingin keluar dari UE, dan 15,7 ingin tetap bergabung dengan UE.

Dampak keluarnya Inggris dari UE menurut beberapa kalangan yang dikutip dari berbagai sumber adalah perlambatan ekonomi. Kebanyakan warga Inggis jarang yang mau menjadi pelayan toko dan restoran. Posisi pekerjaan tersebut sering diisi oleh orang di luar Inggris yang masih dalam anggota UE. Ini berarti ada banyak karyawan di posisi tersebut yang berharap cemas atas keluarnya Inggris dari UE. Begitu juga dengan warga yang menetap dan bermata pencaharian di Inggris juga cemas.

Istilah “Brexit” berikutnya adalah pintu tol Brebes Timur yang menjadi ‘horor’ saat arus mudik 2016. Brexit yang ini singkatan dari Brebes Timur Exit. Menurut Tribunnews (6/7/2016), terdapat 12 pemudik meninggal karena kemacetan yang sangat parah di Brexit ini. Korban meninggal terjadi pada tanggal 3-5 juli 2016.

Pintu tol Brexit yang diresmikan oleh Jokowi pada 16 Juni 2016 ini menjadi sorotan. Pasalnya, gerbang tol yang digadang-gadang akan mempersingkat waktu tempuh dari Jakarta menuju Brebes ini justru menuai kemacetan panjang. Kemacetan yang terjadi di Brexit mencapai 18 KM.