Guru TIK Tidak Hanya Ajarkan Komputer Saja, Lebih Dari Itu


Siswa belajar TIK

Siswa belajar TIK

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat. Pada segala bidang kehidupan kita selalu dihadapkan dengan teknologi digital. Semua hal yang dulu manual sekarang sudah diganti dengan digital. Untuk itu anak sekolah harus tidak boleh ketinggalan dalam hal Teknologi Informasi (TI) ini.

Namun, saat ini justru pelajaran TI atau yang sering disebut dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kurikulum 2013 dihapus. Menurut hemat saya, apakah justru ini bukannya suatu kemunduran? Di saat bangsa-bangsa di dunia ini berlomba-lomba dalam pengembangan TI malah Indonesia menghapus mata pelajaran TIK yang justru dari bidang ini sangat membawa bangsa ini pada kehidupan modern yang lebih maju.

Saat ini banyak bermunculan Perguruan Tinggi (PT) yang membuka fakultas atau jurusan tentang TI. Bahkan PT dengan jurusan TI ini yang menjadikan PT tersebut menjadi maju dan terkenal bila dibandingkan dengan jurusan lain. Sebut saja Massachusetts Institute of Technology (AS), University of Oxford (Inggris), National University of Singapore (Singapura), ETH Zurich (Swiss), dan University of Hong Kong (Hong Kong) yang merupakan PT yang terkenal pada jurusan TI. Informasi lengkap mengenai PT tersebut dapat dibaca pada tautan ini.

Alasan dihapuskannya TIK karena menurut pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa TIK sebagai sarana penunjang semua mata pelajaran. Tapi menurut saya hal itu tidak logis. Sekarang kita analisis, setiap segala sesuatu yang tidak diajarkan sejak dini, maka akan kurang dipahami oleh anak. Contohnya, anak yang dari kecil tidak terbiasa berbahasa Inggris, maka akan sulit juga untuk mempelajari bahasa Inggris. Apa lagi jika lingkungan kurang mendukung, misal tidak ada cara yang digunakan untuk berpraktik. Demikian pula dengan TIK akan sulit dipahami oleh anak yang jika tidak diajarkan sejak dini.

Seharusnya anak sudah mempelajari TIK sejak ia mengenal bangku sekolah. Mulai dari awal, misal pada TK atau SD. Tapi di kurikulum 2013 justru TIK yang mulai diajarkan di bangku SMP malah dihapus. Bagaimana anak bisa mengerti tentang TI?

Pemerintah jangan hanya menengok pada anak pada kelas menengah ke atas saja. Anak pada kelas tersebut memang sudah terbiasa memegang laptop, smartphone, atau gadget yang canggih karena fasilitas dari orang tuanya. Coba tengok pada sekolah kelas bawah, jangankan laptop, smartphone atau gadget yang canggih, bayar seragam sekolah saja ada yang tidak mampu. Buat makan saja mereka susah. Mereka mengenal yang namanya komputer, mengetahui apa itu CPU, keyboard, dll tentang komputer hanya di sekolah. Mereka tidak mungkin mempelajari hal tersebut di rumahnya.

Kerja guru TIK bukannya mudah sebenarnya. Guru TIK tidak hanya sekedar mengajarkan tentang komputer saja, tapi lebih dari itu. Beban guru TIK selain bagaimana supaya anak didiknya ‘melek’ tentang TI juga mempunyai tanggung jawab moral. Jika hanya mengajarkan komputer dan internet saja maka lebih muda bagi guru TIK. Namun, jika siswa bisa komputer, bisa internet secara ‘sehat’, itu yang tidak mudah.

Sekarang ini tantangan semua bangsa didunia adalah masalah moral bangsa. Salah satu faktor moral saat ini dibentuk dari lingkungan, termasuk dari dunia maya atau internet. Data menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun anak usia sekolah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal pornografi melalui internet. Baca informasinya pada tautan ini. Sungguh sangat memprihatinkan, anak bangsa ini moralnya sudah dijajah dengan TI. Di sinilah peran guru TIK yang bisa mengarahkan dan membimbing bagaimana supaya menggunakan TI secara bijak.

Jadi guru TIK tidak hanya mengajarkan tentang TI saja, terutama di kota-kota besar yang lebih mudah dalam hal layanan internet. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dll peran orang tua harusnya lebih besar dalam hal ini. Namun, justru yang terlihat malah sebaliknya, orang tua hampir seharian bekerja, pulang larut malam dan berangkat ke tempat kerja pagi-pagi pada saat anak belum bangun. Ketemu anak hanya di akhir pekan saja. Di sinilah peran guru TIK yang justru sangat berat, tantangan bagaimana supaya siswa bijak dalam menggunakan TI, bukan malah siswa dijajah oleh TI.

Ada sedikit pengalaman dari saya, tapi bukan saya atau keluarga saya yang mengalaminya. Pernah suatu saat saya datang ke kantor operator seluler di sebuah kota di daerah Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) karena ada masalah dengan ponsel saya. Pada saat saya menunggu giliran dipanggil oleh Customer Service (CS) ada seorang ibu yang datang ke kantor operator untuk memblokir internet pada gadget yang dipakai oleh anaknya. Ibu tersebut bercerita jika anaknya yang masih kelas 4 SD sering membuka internet secara sembunyi-sembunyi. Pada saat anaknya tidur ibu tersebut membuka gadget yang dipakai internet anaknya, maka ibu tersebut terkejut karena pada gadget banyak ditemukan foto pornografi.

Ibu tersebut tidak mempan dalam menasehati anaknya. Semula anak rajin dan prestasi di sekolah bagus akhirnya menjadi malas, hanya di dalam kamar dan prestasi sekolah menjadi turun. Mengetahui hal ini ibu tersebut langsung menghubungi kantor operator supaya memblokir fasilitas internet dan menghubungi sekolah dimana anaknya belajar. Ibu tersebut meminta kepada guru untuk menasehati dan memberi penjelasan bahwa apa yang telah dilakukan oleh anaknya tidak bagus.

Ibu tersebut mengakui kesalahannya bahwa ia dan suaminya memang kurang mengontrol anaknya. Mereka berdua pertama merasa bangga jika anaknya bisa menggunakan gadget yang dibelikannya. Namun, karena kesibukan mereka dan kurangnya kontrol terhadap anak membuat anak bebas dan akhirnya kecanduan pada pornografi.

Itu tadi baru satu kasus, mungkin masih ada ribuan kasus yang serupa. Menurut saya, justru di dalam TIK diselipkan pesan moral bagaimana supaya siswa tidak hanya bisa menggunakan TI saja, namun bijak dalam menggunakan TI supaya tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif.

————————————————————

Jika Anda ingin mendapatkan informasi dari blog ini melalui facebook Anda, silahkan klik tautan halaman (page) facebook berikut ini cauchymurtopo.wordpress.com kemudian klik suka (like) atau ikuti (follow) melalui twitter @CauchyMurtopo

Tinggalkan komentar